Senin, 25 Mei 2009

Cara Lama Mengajari Anak

Oleh: Mochlis
Hari ini saya sedang kesal, pasalnya anak saya yang pertama bermain sepeda dari pagi menjelang siang hingga menjelang sore belum juga pulang. Sungguh dia sudah membuat istri saya kha¬watir “Yah, tolong cari si Iiz sudah hampir sore gini dia belum pulang”. Keluh istriku.

Lalu tanpa membantah lagi saya langsung mengambil motorku dan langsung me¬luncur ke¬luar mencari Iiz. Setelah lama berputar-putar akhirnya saya menemukan dia se¬dang bermain ber¬sama teman-temannya yang tidak saya kenal dan tanpa memikirkan perasaan dia saya langsung me¬marahi dan meneriaki dia supaya cepat pulang.

Dengan perasaan takut dia langsung mengambil sepedanya dan pulang mengikuti saya, dengan perasaan yang sangat kesal sesampainya di rumah saya langsung memarahi dia habis-habisan dengan sedikit tindakan kekerasan sambil memberinya nasehat agar dia ti¬dak membuat orang tua¬nya khawatir lagi.

Begitulah kita sebagai orang tua terkadang dengan perasaan kesal bisa melalukan apa saja terha¬dap anak kita yang kita anggap bersalah, dan tanpa memikirkan perasaannya kita memarahi dia di depan teman-temannya.

Lalu kita berharap dia akan mengerti dan memahami kita, dan kemudian mau patuh kepada kita orang tuanya yang selalu tau yang terbaik untuk dia. Apakah memang itu cara terbaik kita sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak kita?

Karena kita pun diajar oleh orang tua kita dulu dengan cara itu, apakah itu merupakan tradisi tu¬runan yang selalu di pakai dari jaman ke jaman? Atau apakah ada cara yang lebih manusiawi yang cukup mendidik sehingga anak-anak itu mau mengerti akan perasaan kita sebagai orang tuanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar